Namanya Putri, Tak Seanggun Namanya

Memiliki nama Putri, identik dengan wanita feminim yang memiliki karakter lemah lembut. Dalam naskah fiksipun, kata putri sering merujuk kepada anak perempuan raja yang kehidupannya bergelimang harta.

Namun untuk Putri yang satu ini, kehidupannya sangat jauh berbeda dengan gambaran diatas.

Putri, wanita kelahiran Parigi, 37 tahun silam ini, kehidupannya jauh dari kata layak. Ia hanya tinggal di sebuah gubuk yang dibangun diatas tanggul saluran irigasi, Desa Mertasari, Kecamatan Parigi, Kabupaten Parigi Moutong.

Dua kali gagal membina kehidupan rumah tangga, tak membuat dirinya lemah. Putri berjuang sendiri menggantikan peran kepala keluarga untuk menghidupi anak-anaknya.

Tak seperti wanita pada umumnya, janda 3 anak ini kerap bekerja sebagai buruh kasar, menjadi kuli bangunan, dan bahkan memikul gabah saat bekerja sebagai buruh tani. Itu semua ia lakukan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Nampak kebahagiaan terlihat diwajahnya saat relawan WIZ Parigi menemuinya ditempat kerja, dan menyerahkan sejumlah paket sembako,

“Alhamdulillah, trimakasih. Ternyata masih ada yang peduli terhadap orang-orang seperti saya. Ini sangat membantu”, ucapnya haru. []